
Mesuji – Setelah menjadi sorotan publik akibat dugaan pengurangan volume dan pengondisian tender dalam proyek revitalisasi SDN 2 Mesuji, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Mesuji akhirnya angkat bicara.
Gerry Novri Hartoni, Kasi Sarana dan Prasarana (Sarpras) Disdik Mesuji, mewakili Kepala Dinas Andi S. Nugraha, S.H., M.H., dalam pertemuan langsung menyatakan bahwa semua kekurangan volume dalam proyek-proyek revitalisasi—termasuk di SDN 2 Mesuji—telah diperbaiki saat pekerjaan berlangsung. Ia mengklaim bahwa pihaknya siap menunjukkan dokumen-dokumen resmi sebagai bukti perbaikan tersebut.
“Semua volume yang sebelumnya diduga kurang itu sudah kami perbaiki di lapangan. Kami bisa buktikan lewat dokumen kontrak dan laporan pengawasan,” ujar Gerry.
Terkait dugaan pengondisian pemenang tender, ia menyatakan tidak tahu-menahu soal hal tersebut. Menurutnya, proses tender sudah mengikuti aturan yang berlaku. “Kalau hanya satu yang memasukkan penawaran, ya itu yang difollow-up dan dimenangkan. Semua sesuai regulasi,” tambahnya.
Pola Tender Janggal: 7 Proyek Revitalisasi Hanya Diminati Satu Penawar
Namun, dari data yang dihimpun belakangan ini, terungkap adanya pola janggal dalam pelaksanaan tender revitalisasi sekolah di Dinas Pendidikan Mesuji. Tercatat ada tujuh proyek revitalisasi yang masing-masing hanya menghasilkan satu penawaran, meskipun jumlah peserta yang mendaftar lebih dari satu.
Berikut daftar proyek yang hanya memiliki satu penawaran:
-
Revitalisasi SMPN 9 Mesuji (8 peserta, 1 penawaran)
-
Revitalisasi SDN 2 Mesuji (5 peserta, 1 penawaran)
-
Revitalisasi SMPN 8 Mesuji (3 peserta, 1 penawaran)
-
Revitalisasi SMPN 5 Mesuji (4 peserta, 1 penawaran)
-
Revitalisasi SDN 1 Panca Jaya (4 peserta, 1 penawaran)
-
Revitalisasi SMPN 10 Mesuji (3 peserta, 1 penawaran)
-
Revitalisasi SDN 5 Mesuji (4 peserta, 1 penawaran)
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar, mengingat seluruh proses tersebut menggunakan sistem Pascakualifikasi Satu File Metode Gugur, yang seharusnya tetap memungkinkan persaingan sehat antarpenawar.
Sebagai pembanding, berikut adalah proyek-proyek yang dianggap berjalan normal karena memiliki lebih dari satu penawaran masuk:
-
SDN 13 Way Serdang (5 peserta, 2 penawaran)
-
SMPN 16 Mesuji (5 peserta, 2 penawaran)
-
SDN 16 Tanjung Raya (10 peserta, 2 penawaran)
-
SDN 3 Mesuji Timur (21 peserta, 4 penawaran)
Aktivis pemantau anggaran menilai, pola ini tak bisa dianggap kebetulan semata. “Tujuh proyek dengan skema penawaran tunggal, padahal pesertanya lebih dari satu, itu terlalu rapi untuk disebut kebetulan. Kita butuh audit menyeluruh,” ujar salah satu aktivis.
Tuntutan Evaluasi dan Transparansi Tender
Sorotan tajam kini mengarah ke Dinas Pendidikan Mesuji. Meski telah ada klaim perbaikan volume pekerjaan, publik masih menuntut transparansi lebih lanjut, termasuk pembukaan dokumen pengawasan, berita acara serah terima, serta hasil pengujian kualitas bangunan.
Selain itu, perlu ada evaluasi sistemik terhadap pelaksanaan tender di lingkungan Disdik Mesuji, terutama terhadap mekanisme seleksi yang cenderung menghasilkan penawaran tunggal secara berulang.
“Jika semua sesuai aturan, kenapa hasilnya selalu satu penawar? Ini harus dijelaskan dengan transparan,” tegas aktivis lainnya.